Para amatir tidak usah main Forex kalau tak ingin nestapa
- Written by Winda Efanur FS
- Be the first to comment!

Amatir lebih baik jangan main Forex. Walau peminat trading forex ini besar, tidak semua bisa berhasil mendulang untung. “Dari trader yang main forex itu, yang bisa untung cuma 10%, yang tidak berhasil di forex 90%,” cetus Ayahama. Trader yang juga pegiat di forum Forex Peoples ini menambahkan, kebanyakan 90% trader yang tidak berhasil adalah trader pemula. (Tabloid Kontan, edisi 2-8 Juli 2012)
Jogjakarta-KoPi|Bisnis trading foreign exchange (Forex) semakin diminati masyarakat. Banyak kalangan amatir berbondong-bondong menjajal perdagangan ini. Tidak salah harapan masyarakat pasalnya Forex menawarkan keuntungan yang sangat besar.
Namun keuntungan itu berbanding lurus dengan resikonya. Hal inilah yang sering diabaikan oleh masyarakat. Masyarakat yang tergiur berjalan tanpa strategi akan mudah tergelincir dalam kebangkrutan.
Menurut ekonom UGM, Dr. Mamduh Hanafi, MBA produk derivatif yang diperdagangkan di valuta asing Forex sangat beresiko. Cenderung pemain-pemain profesional yang bisa memantau fluktuasi harga akan untung dan bertahan.
“Ini produknya abstrak. Misal untung sekian ini, dan rugi sekian ini. Tapi perdagangan seperti ini resikonya tinggi. Untuk investor biasa yang belum ahli bidangnya tidak perlu masuk ke situ. Kalau trading beneran bisa menjadi profesional. Dia yang profesional mengamati harga-harganya 24 jam. Inilah kehati-hatian, kalau tidak hati-hati bisa rugi besar.
Trading forex cenderung ekslusif. Pelaku yang kalah bersikap diam berkebalikan dengan pelaku yang meraup untung besar akan memamerkan kemenangannya.
Kasus yang digambarkan Mamduh memang terbukti tejadi kepada salah satu pemain kelas amatir, sebut saja Leon. Leon menceritakan pengalaman pahitnya bermain Forex, Awalnya ia tertarik terjun ke bisnis absurd ini karena iming-iming keuntungan yang luar biasa. Ia memulai dengan deposit sekitar lima puluh juta rupiah.
Forex, seperti halnya bermain judi, keuntungan atau kerugian membuat penasaran apalagi yang tidak paham dan hanya nuruti hasrat. Leon pun menjadi bersemangat dan penasaran ketika mendapatkan keuntungan dan untuk itu ia terus mencoba meningkatkan keuntungan. Kemudian ia melibatkan banyak orang untuk berinvetasi kepadanya, tetapi tiba-tiba semua berbalik menjadi bencana. Leon bangkrut dan menanggung hutang ratusan juta rupiah.
Nasi sudah menjadi bubur, ia tak bisa mengubahnya menjadi nasi, maka kebangkrutannnya tidak menjadi akhir dari penderitaannya, ia harus terus maju untuk setidaknya membayar hutang-hutangnya.
Leon bukanlah satu-satunya orang di negeri ini yang terpuruk karena tidak bisa melihat kondisinya kecuali sebagai orang yang terbius harapan keuntungan cepat, tanpa dibarengi dengan modal yang cukup baik uang atau pengetahuan yang cukup.
Dr. Mamduh Hanafi menyarankan lebih baik kalangan mahir yang terjun ke perdagangan ini. Untuk masyarakat biasa ibu rumah tangga dan petani resikonya tinggi. Bagi doktor ekonomi UGM ini dirinya tidak tertarik dengan forex. Dia lebih memilih berdagang di level konkret seperti properti , tanah atau emas.
Walaupun memiliki resiko tinggi di sisi lain forex juga berpeluang memberikan manfaat. Bagi Mamduh forex memberikan kemudahan liquiditas pasar. Namun dalam lingkup ekonomi makro forex tidak berpengaruh apa-apa apalagi untuk mempengaruhi nilai rupiah.
“Meroketnya kurs dollar terhadap rupiah hingga menembus angka Rp 13.000, tidak ada kaitannya dengan kurs dan ekonomi makro. Hal ini hanya berpengaruh pada aktivitas ekonomi fundamental Indonesia”, ujar Dr. Mamduh Hanafi. |